Rabu, 28 Mei 2008

PENDIDIKAN MEMERANGI PORNOGRAFI


Pada Desember 2006, didepan Akademi Jakarta, sastrawan Taufik Ismail membacakan pidato kebudayaan bertajuk “Budaya Malu dikikis Habis Gerakan Syahwat Merdeka”. Gerakan ini kata Taufik, tak bersosok organisasi resmi dan tidak berdiri sendiri. Gerakan ini bekerjasama bahu membahu melalui jaringan mendunia, memiliki dana raksasa, media masa cetak dan elektronik pengeras suaranya.
Taifik Ismail menyebutkan ada 13 komponen gerakan Syahwat Merdeka pertama: Perilaku seks bebas yang dilakukan terang - terangan dan sembunyi - sembunyi. Kedua. Penerbitan majalah dan tabloid mesum. Ketiga. Produser, penulis skrip, dan pengiklan acara televisi syahwat. keempat, Situs porno di internet. kelima, Penulis, penerbit dan penggandis buku syahwat sastra dan sastra. Keenam,Penerbit dan pengedar komik cabul. Ketujuh; Produsen, pengganda, pembajak, pengecer dan penonton VCD/DVD biru. Kedelapan, Fabrikan dan konsumen alkohol, Kesembilan, produsen, pengedar, dan pengguna narkoba. Kesepuluh, fabrikan, pengiklan, dan pengisap nikotin. Kesebelas, pengiklan perempuan dan taki-laki panggilan. Keduabelas, germo dan pelanggan prostitusi. Ketigabelas, dokter dan dukun praktisi aborsi.
Satah satu produk dari gerakan ini adalah pornografi. Di negara kita pornografi sudah jadi industri raksasa. Produknya laris­ manis dan terdistribusi aman ­merata sehingga dengan mudah dapat dikonsumsi tewat media cetak, televisi, internet, film layer tebar, VCD, dan telepon seluler. Aksesnya pun teramat mudah dijangkau. Tinggal datangi loper koran di pinggir jalan, anak-anak usia sekolah dapat memilih media bergambar orang dewasa telanjang atau berpakaian mini serta beradegan mecum.
Data dari American Demographic Magazine menyebutkan, saat ini di internet tersedia tidak kurang dari 4,2 juta website porno, 100 ribu di antaranya pornografi anak dan 89% di antaranya berisi kekerasan seksuat remaja metalui chat room.

Baden survey internet
TopTen Reviews. com pun mengungkap, industri pornografi dunia menghasilkan uang Rp 886 trityun. Total pendapatan bisnis pornografi dunia ini mengalahkan total pendapatan delapan perusahaan teknologi informasi terbesar di dunia yaitu Microsoft, Google, Amazon, eBay, Yahool Apple, Netflix, dan Earthlink.
Amerika Serikat menghasilkan rata-rata 13.140 video seks setiap tahun. Artinya, setiap 39 merit, sebuah video seks terbaru diproduksi negara-negara adi daya.

Peran Agama
PORNOGRAFI bisa jadi telah menjadi bagian dari kehidupan keseharian remaja mesa kini. Akibatnya, remaja menjadi ilusif, lebih suka melamun, meremehkan nilai-nilai social, dan melakukan peritaku seks menyimpang. Sebuah penelitian di Makassar terhadap remaja yang biasa mengakses situs porno di internet mengungkapkan, terdapat korelasi positif antara intensitas mengakses situs seks dengan permisivitas peritaku seksual remaja. Makin tinggi intensitas remaja datam mengakses situs seks di internet, makin permisif perilaku seksualnya. Responder penelitian ini separuh remaja laki-laki dan separuh lagi remaja perempuan. Maka tak heran kasus-kasus kekerasan seksual, pemerkosaan, kehamilan tak disengaja, dan aborsi yang dilakukan remaja terjadi tiap hari dan jadi konsumsi tayangan berita harian televisi dan koran.
Tentu saja ini menjadi keprihatinan kita bersama. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, kita harus malu karena kondisi ini sangat kontradiktif dengan ajaran Islam. Allah SWT berfirman datam al-Qur'an Surat Yusuf ayat 53, "Sesungguhnya nafsu syahwat itu selatu mendorong kepada kejahatan. " Di surat al-Israa' ayat 32 la berfirman, "Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan satu jalan yang buruk." Jika kita membiarkan nafsu syahwat dan zina menjadi peritaku anak bangsa ini, berarti kita sedang menunggu azab Allah.
Maka peran agama sangat diperlukan. Sebab agama memiliki syariat yang mengikat para penganutnya. Syariat ini dapat digunakan untuk membangun kesadaran generasi muda dan tua terhadap bahaya pornografi. Kesadaran itu dapat dicerminkan metalui peritaku yang baik dengan memegang teguh aturan agama dan adat yang sejalan dengan semangat syariat. Datam surat an-­Nur ayat 30-31 Allah SWT memerintahkan taki-laki dan perempuan yang beriman untuk menjaga pandangan dan memeilihara kernaluannya. Jika perintah ini dipahami dan diamalkan tiap mustim/muslimah, insya Allah bahaya pornografi menyingkir.

Peran pendidikan
SOLUSI lain untuk mengatasi bahaya pornografi adalah pendidikan. Lewat pendidikan peritaku generasi muda diarahkan untuk menjadi pribadi berakhtak mulia dan bermartabat. Mereka kritis memandang pornografi sebagai bahaya laten yang harus terus diperangi. Salah satu mata pelajaran di bangku sekolah adalah pendidikan budi pekerti. Pelajaran ini mengajarkan peserta didik agar memiliki rasa malu, baik yang berkaitan dengan diri sendiri maupun yang berhubungan dengan orang lain. Kenapa malu? Sebab malu berarti menjauhkan diri dari perbuatan terceta, atau menahan diri dan meninggalkan semua kemaksiatan dan kejahatan. Ini sejalan dengan hadits Nabi SAW, "Sesungguhnya sebagian dari apa yang telah dikenal orang dari ungkapan kenabian yang pertama adalah, `Jika kamu tidak malu, berbuatlah sekehendakmu'." (H.R Bukhari). Masih kata Taufik Ismail, ciri kolektif seluruh komponen Gerakan syahwat Merdeka adalah budaya malu yang telah terkikis nyaris habis dari susunan syaraf pusat dan rohani mereka.
Di ruang kelas, guru juga dapat mengangkat satu tema mengenai varian pornografi dan mendiskusikannya dengan siswa. Dari diskusi ini, guru dapat memberi penjelasan yang memadai tentang segala hal yang berkaitan dengan seksuatitas dan pornografi yang selatu memancing keingintahuan siswa. Jangan biarkan siswa mengetahui sendiri pernak-pernik seksualitas dan pornografi, Sebab itu akan menjerumuskannya pada liang penasaran. Guru memiliki kewajiban membimbing siswa dalam memahami dunianya.
Namun pembentukan moralitas dan nitai-nitai budi pekerti tidak bisa dibebankan pada institusi sekolah saja. Terbitnya regulasi yang memerintahkan penghapusan terhadap situs-situs porno tidaktah cukup. Abdultah At­Darraz memandang pembentukan moralitas harus dilakukan dalam dua tingkatan sistem kehidupan.
Pertama, penanaman nilai – nilai moral melatui institusi keluarga secara praktis. Ini dapat ditakukan dengan memberikan bimbingan yang baik kepada anak, mengasuh anak dengan penuh kasih sayang, memberikan tuntunan akhtak yang baik kepada keluarga, dan membiasakan anak untuk menghargai kaidah dan kebiasaan-kebiasaan periLaku keseharian yang baik dalam rumah tangga.
Kedua, pembentukan nilai – nilai moral dalam hubungan sosial. Dalam konteks ini berupa melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan tercela, Mempererat hubungan kerjasama antar sesama, menggalakkan perbuatan- ­perbuatan terpuji dan memberi manfaat bagi kehidupan orang banyak, dan membina hubungan menurut tata tertib dan adat kebiasaan sosial yang terpuji.
Tujuan pendidikan adalah memanusiakan dan member­dayakan manusia. Pornografi merupakan eksploitasi sistematis terhadap nilai kemanusiaan seorang manusia hingga terpuruk ke kehidupan tak berdaya. Dua kutub ini saling bertolak belakang, namun keduanya dapat dijembatani dalam sebuah interaksi spiritualitas, di mana semua aspek kehidupan manusia berkiblat pada aturan Allah SWT dalam sebuah syariat.

Tidak ada komentar: